PERBEDAAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL DENGAN PEMBELAJARAN PARADIGMA BARU

Pengertian Pembelajaran Konvensional

Pola pembelajaran konvensional atau sering disebut dengan pendekatan pembelajaran klasik adalah sebuah pola pembelajaran yang menekankan pada otoritas pendidik dalam pembelajaran. Pola pembelajaran ini merupakan pola pembelajaran yang masih banyak dikritik saat ini. Namun demikian, pola pembelajaran ini masih menjadi pola pembelajaran yang paling banyak dipakai para pendidik.

Pembelajaran pada metode konvensional, peserta didik lebih banyak mendengarkan penjelasan guru di depan kelas dan melaksanakan tugas bila guru memberikan latihan soal-soal. 

Pembelajaran Konvensional Menurut Para Ahli

  • Menurut Djamarah (1996), metode pembelajaran konvensional adalah metode pembelajaran tradisional atau disebut juga dengan metode ceramah, karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan anak didik dalam proses belajar dan pembelajaran. Dalam pembelajaran sejarah metode konvensional ditandai dengan ceramah yang diiringi dengan penjelasan serta pembagian tugas dan latihan.
  • Menurut Paulo Freire, pola pembelajaran konvensional ini mengarah pada jenis pendidikan yang diistilahkan dengan istilah “bank”, dimana peserta didik dipenuhi dan dijejali dengan beragam materi pelajaran. Peserta didik hanya berlaku menerima segala hal yang telah dan akan disiapkan oleh pendidik tanpa aktivitas kritis lainnya.
  • Menurut pandangan psikologi pendidikan, model pembelajaran konvensional dalam adalah model atau cara yang digunakan pengajar atau pendidik dalam pembelajaran sehari hari dengan menggunakan model yang bersifat umum dan biasa, bahkan tanpa menyesuaikan cara yang tepat berdasarkan sifat dan karakteristik dari materi pembelajaran atau bidang pelajaran yang dipelajari
  • Menurut Raka Rasana (dalam Suantini, 2013) bahwa “pembelajaran konvensional (tradisional) dapat disebut sebagai sebuah model pembelajaran karena di dalamnya mengandung sintaks, sistem sosial, prinsip-prinsip reaksi, dan sistem dukungan”. Model pembelajaran konvensional mengharuskan siswa untuk menghafal materi yang diberikan oleh guru dan tidak untuk mengaitkan materi tersebut dengan keadaan nyatanya.

Model pembelajaran konvensional adalah model pembelajaran yang umum dilakukan dalam proses pembelajaran, yakni dilakukan dengan cara  pendidik menjelaskan dan murid mendengarkan. Model pembelajaran ini banyak dilakukan di negara negara yang belum maju atau belum memiliki sarana prasarana yang lengkap, namun tentu saja terdapat kelebihan dan kelemahannya.

Metode lain yang sering digunakan dalam metode konvensional antara lain adalah ekspositori. Metode ekspositori ini seperti ceramah, di mana kegiatan pembelajaran berpusat pada guru sebagai pemberi informasi (bahan pelajaran).

Metode Ceramah

Menurut Sinarno Surakhmad dalam Suryobroto (2009), yang dimaksud dengan ceramah sebagai metode mengajar ialah penerangan dan penuturan secara lisan oleh guru terhadap kelasnya. Selama ceramah berlangsung, guru dapat menggunakan alat-alat bantu seperti gambar-gambar agar uraiannya menjadi lebih jelas. Metode utama yang digunakan dalam hubungan antara guru dengan peserta didik adalah berbicara.

  • Kelebihan metode ceramah
    • Guru mudah menguasai kelas
    • Mudah mengorganisasikan tempat duduk/kelas
    • Dapat diikuti oleh jumlah peserta didik yang besar
    • Mudah mempersiapkan dan melaksanakan
    • Guru mudah menerangkan pelajaran dengan baik
  • Kekurangan metode ceramah
    • Mudah menjadi verbalisme (pengertian kata-kata)
    • Bila selalu digunakan dan terlalu lama, membosankan.
    • Guru menyimpulkan bahwa peserta didik mengerti dan tertarik pada ceramahnya
    • Menyebabkan peserta didik menjadi pasif

Metode Tanya Jawab

Menurut Djamarah dan Zain (2006), metode tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran yang harus dijawab, terutama dari guru kepada peserta didik, tetapi dapat pula dari peserta didik kepada guru. 

  • Kelebihan metode tanya jawab
    • Pertanyaan dapat menarik dan memusatkan perhatian peserta didik
    • Merangsang peserta didik untuk melatih dan mengembangkan daya pikir, termasuk daya ingatan
    • Mengembangkan keberanian dan keterampilan peserta didik dalam menjawab dan mengemukakan pendapat.
  • Kekurangan metode tanya jawab
    • Guru yang kurang dapat mendorong peserta didik untuk berani, menyebabkan peserta didik menjadi takut bertanya
    • Tidak mudah membuat pertanyaan yang sesuai dengan tingkat berfikir dan  mudah dipahami peserta didik.
    • Waktu banyak terbuang, terutama apabila peserta didik tidak dapat menjawab pertanyaan sampai dua atau tiga orang
    • Dalam jumlah peserta didik yang banyak, tidak mungkin cukup waktu untuk memberikan pertanyaan kepada setiap peserta didik

Ciri-ciri Pembelajaran Konvensional

Menurut Djamarah (1996), secara umum menyebutkan ciri-ciri pembelajaran konvensional sebagai berikut:

  • Peserta didik adalah penerima informasi secara pasif, dimana peserta didik menerima pengetahuan dari guru dan pengetahuan diasumsinya sebagai badan dari informasi dan keterampilan yang dimiliki sesuai standar.
  • Belajar secara individual
  • Pembelajaran sangat abstrak dan teoritis
  • Perilaku dibangun berdasarkan kebiasaan
  • Kebenaran bersifat absolut dan pengetahuan bersifat final
  • Guru adalah penentu jalannya proses pembelajaran
  • Perilaku baik berdasarkan motivasi ekstrinsik
  • Interaksi di antara peserta didik kurang
  • Guru sering bertindak memperhatikan proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar.

Menurut Santyasa (dalam Widiantari, 2012:25-26) menyatakan, pembelajaran konvensional memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 

  • pemerolehan informasi melalui sumber-sumber secara simbolik, seperti guru atau membaca, 
  • pengasimilasian dan pengorganisasian sehingga suatu prinsip umum dapat dimengerti, 
  • penggunaan pada prinsip umum pada kasus-kasus spesifik, 
  • penerapan prinsip umum pada keadaan baru. Pembelajaran konvensional dalam mengevaluasi.  

Sedangkan menurut Ilyas secara umum ciri-ciri model pembelajaran konvensional adalah sebagai berikut:

  • siswa adalah penerima informasi secara pasif, dimana siswa menerima pengetahuan dari guru dan pengetahuan diasumsikan sebagai badan dari informasi dan keterampilan yang dimiliki keluaran sesuai dengan standar, 
  • belajar secara individual, 
  • pembelajaran sangat abstrak dan teoritis, 
  • perilaku dibangun atas kebiasaan, 
  • kebenaran bersifat absolute dan pengetahuan bersifat final, 
  • guru adalah penentu jalannya proses pembelajaran, 
  • perilaku baik berdasarkan motivasi ekstrinsik, 
  • interaksi di antara siswa kurang, 
  • tidak ada kelompok-kelompok kooperatif, 
  • keterampilan sosial sering tidak secara langsung diajarkan, 
  • pemantauan melalui observasi dan intervensi sering tidak dilakukan oleh guru pada saat belajar kelompok sedang berlangsung, 
  • guru sering tidak memperhatikan proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar.

Model pembelajaran konvensional ini dipandang cukup efektif dan memiliki keunggulan, terutama:

  • Berbagai informasi yang tidak mudah ditemukan di tempat lain
  • Menyampaikan informasi dengan cepat
  • Membangkitkan minat akan informasi
  • Mengajari peserta didik yang cara belajar terbaiknya dengan mendengarkan
  • Mudah digunakan dalam proses belajar mengajar.

Sedangkan kelemahan dari pembelajaran model ini, menurut Suyitno (dalam Sulistiyorini, 2007) antara lain adalah:

  • Kegiatan belajar adalah memindahkan pengetahuan dari guru ke peserta didik.
  • Tugas guru adalah memberi dan tugas peserta didik adalah menerima.
  • Kegiatan pembelajaran seperti mengisi botol kosong dengan pengetahuan.
  • Peserta didik merupakan penerima pengetahuan yang pasif.
  • Pembelajaran konvensional cenderung mengkotak-kotakkan peserta didik.
  • Kegiatan belajar mengajar lebih menekankan pada hasil daripada proses
  • Memacu peserta didik dalam kompetisi bagaikan ayam aduan, yaitu peserta didik bekerja keras untuk mengalahkan teman sekelasnya. Siapa yang kuat dia yang menang

Pendekatan Pembelajaran Konvensional

Ujang Sukandi (2003), mendefinisikan bahwa pendekatan konvensional ditandai dengan guru mengajar lebih banyak mengajarkan tentang konsep-konsep bukan kompetensi, tujuannya adalah peserta didik mengetahui sesuatu bukan mampu untuk melakukan sesuatu dan pada saat proses pembelajaran peserta didik lebih banyak mendengarkan. Di sini terlihat bahwa pendekatan konvensional yang dimaksud adalah proses pembelajaran yang lebih banyak didominasi guru sebagai “pentransfer ilmu, sementara peserta didik lebih pasif sebagai “penerima” ilmu.

Philip R. Wallace (dalam Sunarto, 2009) memandang pembelajaran ekspositori adalah proses pembelajaran yang dilakukan sebagaimana umumnya guru membelajarkan materi kepada peserta didiknya. Guru mentransfer ilmu pengetahuan kepada peserta didik, sedangkan peserta didik lebih banyak sebagai penerima. Sistem pembelajaran konvensional (faculty teaching) cenderung kental dengan suasana instruksional dan dirasa kurang sesuai dengan dinamika perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang demikian pesat. Di samping itu sistem pembelajaran konvensional kurang fleksibel dalam mengakomodasi perkembangan materi kompetensi karena guru harus intensif menyesuaikan materi pelajaran dengan perkembangan teknologi terbaru. Philip R. Wallace (dalam Sunarto 2009), menyatakan pembelajaran dikatakan menggunakan pendekatan konvensional apabila mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

  1. Otoritas seorang guru lebih diutamakan dan berperan sebagai contoh bagi murid-muridnya.
  2. Perhatian kepada masing-masing individu atau minat sangat kecil
  3. Pembelajaran di sekolah lebih banyak dilihat sebagai persiapan akan masa depan, bukan sebagai peningkatan kompetensi peserta didik di saat ini.
  4. enekanan yang mendasar adala pada bagaimana pengetahuan dapat diserap oleh peserta didik dan penguasaan pengetahuan tersebutlah yang menjadi tolak ukur keberhasilan tujuan, sementara pengembangan potensi peserta didik terabaikan

Trianto (2007:1) mengatakan pada model pembelajaran konvensional suasana yang ada di kelas cenderung teacher centered sehingga peserta didik  menjadi sangat pasif sebab hanya melihat dan mendengarkan, peserta didik sama sekali tidak diajarkan model belajar yang dapat memahami bagaimana belajar tentang beragam materi, berpikir dan memotivasi diri. 

Wortham (dikutip Wardarita, 2010:54) mengemukakan bahwa model pembelajaran konvensional memiliki ciri tertentu, yaitu:

  1. Tidak kontekstual
  2. Tidak menantang
  3. Pasif
  4. Bahan pembelajarannya atau materi tidak didiskusikan dengan peserta didik

 

Burrowes (2003) menyampaikan bahwa model pembelajaran konvensional menekankan pada penjelasan materi, tanpa memberikan waktu yang cukup kepada peserta didik untuk secara dua arah memahami materi materi yang diberikan oleh pengajar atau pendidik, dan menghubungkannya dengan pengetahuan sebelumnya, atau menerapkan kepada situasi kehidupan nyata. model pembelajaran konvensional memiliki pandangan yaitu: 

  1. Pembelajaran berpusat pada pengajar atau pendidik saja atau satu arah
  2. Terjadi passive learning yakni peserta didik hanya diam mendengarkan penjelasan saja
  3. Interaksi diantara peserta didik kurang, tidak ada diskusi atau tanya jawab dan kerjasama antar peserta didik sama sekali
  4. Tidak ada kelompok kelompok kooperatif sebab semua materi dipahami secara individu sesuai kemampuan masing masing
  5. Penilaian bersifat sporadis atau standar yakni hanya menilai secara teori saja

Menurut Brooks & Brooks (1993), penyelenggaraan model pembelajaran konvensional ini lebih menekankan kepada tujuan pembelajaran berupa penambahan pengetahuan dan penggambaran secara umum, sehingga proses belajar dilihat sebagai proses menghafal, meniru, dan mengulang kembali sesuai apa yang disampaikan pengajar atau pendidik dan peserta didik dituntut untuk dapat mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari melalui kuis atau tes biasa. Misalnya pengajar atau pendidik memberikan materi tentang sejarah Kerajaan di Indonesia, materi diberikan begitu saja dengan melihat buku atau sarana lain dan dijelaskan, selanjutnya dilakukan tes untuk mengetahui sudah pahamkah dengan apa yang disampaikan.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka pendekatan konvensional dapat dimaklumi sebagai pembelajaran yang lebih banyak berpusat pada guru, komunikasi lebih banyak satu arah dari guru ke peserta didik, metode pembelajaran lebih pada penguasaan konsep-konsep bukan kompetensi. Meskipun banyak terdapat kekurangan, model pembelajaran konvensional ini masih diperlukan, mengingat model ini cukup efektif dalam memberikan pemahaman kepada para murid pada awal-awal kegiatan pembelajaran.

Model pembelajaran konvensional memiliki fungsi khusus untuk diterapkan dalam proses pembelajaran jenis apapun yang pada utamanya adalah memfokuskan perhatian peserta didik pada pengajar.

  • Peserta didik diharapkan mampu berperan sebagai penerima informasi secara pasif, dimana peserta didik menerima pengetahuan dari pengajar atau pendidik di kelas dan pengetahuan atau materi sebagai sumber dari informasi dan keterampilan yang dimiliki sesuai dengan standar.
  • Proses proses pembelajaran dilakukan secara individual yakni peserta didik memahami secara mandiri.
  • Cara proses pembelajaran sangat abstrak dan teoritis dengan menjelaskan materi.
  • Perilaku dibangun atas kebiasaan yakni agar peserta didik terbiasa mendengarkan.
  • Kebenaran bersifat absolut dan pengetahuan bersifat final sebab apa yang disampaikan pengajar berdasarkan pada teori pasti.
  • Pengajar atau pendidik di kelas adalah penentu jalannya proses cara proses pembelajaran.
  • Pengajar atau pendidik di kelas berfungsi dan bertindak memperhatikan proses pemahamanan peserta didik dalam proses pembelajaran.
  • Otoritas atau kewenangan seorang pengajar atau pendidik di kelas lebih diutamakan dan berperan sebagai contoh bagi peserta didik.
  • Perhatian kepada masing masing peserta didik kurang dan diharapkan peserta didik mampu berusaha sendiri.
  • Cara proses pembelajaran di beragam jenjang pendidikan lebih banyak dilihat sebagai persiapan akan masa depan dan teoritis, bukan sebagai peningkatan kompetensi peserta didik di saat ini.
  • Penekanan yang mendasar adalah pada bagaimana pengetahuan dapat diserap menyeluruh oleh peserta didik dan penguasaan pengetahuan tersebutlah yang menjadi tolak ukur keberhasilan, sementara pengembangan potensi peserta didik terabaikan.
  • Menolong pelajar untuk mengembangkan pengetahuan, pengalaman, keterampilan dan sikapnya melalui materi.
  • Membiasakan peserta didik menghafal, memahami, berfikiran sehat, memperlihatkan dengan tepat, mengamati dengan tepat, rajin, sabar dan teliti dalam menuntut ilmu di jenjang pendidikan.
  • Memudahkan proses pengajaran itu bagi peserta didik dan membuatnya mencapai sebanyak mungkin tujuan yang diinginkannya.
  • Menciptakan suasana yang sesuai dengan pengajaran yang berlaku, sifat percaya mempercayai dan hormat menghormati antara pengajar atau pendidik di kelas dan peserta didik serta hubungan baik antara keduanya

Menurut Subaryana (2005:9) bahwa pembelajaran konvensional dalam proses belajar mengajar dapat dikatakan efisien tetapi hasilnya belum memuaskan. Kelebihan dan kekurangan pada model pembelajaran konvensional ini adalah sebagai berikut :

Kelebihan :

  • Efisien. 
  • Tidak mahal, karena hanya menggunakan sedikit bahan ajar. 
  • Mudah disesuaikan dengan keadaan peserta didik.

 Kelemahannya:

  • Kurang memperhatikan bakat dan minat peserta didik.
  • Bersifat pengajar centris.
  • Sulit digunakan dalam kelompok yang heterogen..

Menurut (Purwoto, 2003:67)

Kelebihan model pembelajaran konvensional:

  • Dapat menampung kelas yang besar, tiap peserta didik mendapat kesempatan yang sama untuk mendengarkan.
  • Bahan pengajaran atau keterangan dapat diberikan lebih urut.
  • Pengajar dapat memberikan tekanan terhadap hal-hal yang penting, sehingga waktu dan energi dapat digunakan sebaik mungkin.
  • Isi silabus dapat diselesaikan dengan lebih mudah, karena pengajar tidak harus menyesuaikan dengan kecepatan belajar peserta didik.
  • Kekurangan buku dan alat bantu pelajaran, tidak menghambat dilaksanakannya pengajaran dengan model ini.

Kekurangan model pembelajaran konvensional:

  • Proses pembelajaran berjalan membosankan dan peserta didik menjadi pasif, karena tidak berkesempatan untuk menemukan sendiri konsep yang diajarkan.
  • Kepadatan konsep-konsep yang diberikan dapat berakibat peserta didik tidak mampu menguasai bahan yang diajarkan.
  • Pengetahuan yang diperoleh melalui model ini lebih cepat terlupakan.
  • Ceramah menyebabkan belajar peserta didik menjadi belajar menghafal yang tidak mengakibatkan timbulnya pengertian.

PEMBELAJARAN PARADIGMA BARU

Pembelajaran paradigma baru merupakan pembelajaran yang berorientasi pada penguatan kompetensi dan pengembangan karakter yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Pembelajaran paradigma baru memastikan praktik pembelajaran yang berpusat pada murid, yang mana setiap murid belajar sesuai dengan kebutuhan dan tahap perkembangannya.

Pembelajaran paradigma baru dilakukan melalui kegiatan pembelajaran di dalam kelas (intrakurikuler) dan di luar kelas (kokurikuler dan ekstrakurikuler). 

Pembelajaran intrakurikuler dilakukan secara terdiferensiasi sehingga peserta didik memiliki cukup waktu untuk mendalami konsep dan menguatkan kompetensi. Hal ini juga memberikan keleluasaan bagi guru untuk memilih perangkat ajar yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik peserta didiknya. 

Pembelajaran kokurikuler berprinsip pembelajaran interdisipliner yang berorientasi pada pengembangan karakter dan kompetensi umum. 

Pembelajaran ekstrakurikuler dilaksanakan sesuai dengan minat murid dan sumber daya satuan pendidik.

PERBEDAAN PARADIGMA PENDIDIKAN KONVENSIONAL DAN PENDIDIKAN MODERN 

Pada pendidikan konvensional, pengajaran bersifat teacher center, berpusat pada guru. Siswa mendengarkan dan sebagai penerima informasi, dalam ruang kelas, dan suasana yang cenderung kaku membosankan.

Pada pendidikan modern, proses pembelajaran lebih bersifat student oriented, berorientasi pada kebutuhan siswa, gaya dan modalitas belajar siswa, serta menekankan pada suasana belajar yang kolaboratif dan menyenangkan.

Pendekatan pendidikan natural di Sekolah Semut-Semut dilakukan secara aktif dan berorientasi pada kebutuhan siswa. Dan, proses pengajaran berlangsung dalam suasana yang memerdekakan proses berfikir anak dan guru, sehingga terjadi proses pembelajaran yang lebih efektif

Selain itu pembelajaran konvensional sering disebut sebagai pengajaran, sedangkan pembelajaran paradigma baru sebagai pembelajaran. untuk mengetahui perbedaan antara pmbelajaran (pendidikan) konvensional dengan pembelajaran paradigma baru lihat bada tabel di bawah ini:

PENGAJARAN PEMBELAJARAN
Berpusat pada guruGuru sebagai fasilitator individual dan grouping system
Guru dominanGuru sebagai fasilitator
Suasana ‘tertib’, tenang, kaku dan membosankanSuasana ‘hidup’ menyenangkan dan interaktif
Siswa terlibat kompetisi dan mengalahkan temanSiswa didorong bekerjasama mencapai tujuan. Tolong menolong memecahkan masalah, menganalisis dan mengevaluasi kegiatan intelektual memproduksi pengetahuan.
Siswa sebagai banking system (tempat guru mencurahkan pengetahuan). Prestasinya adalah hafalan/repreduksi pengetahuanSiswa adalah pelaku proses pengalaman, mengambil keputusan, memecahkan masalah, menganalisis dan mengevaluasi
Evaluasi guru bersifat menyeleksi dan merangking kuantitas hafalanEvaluasi siswa bersifat refleksi dan berperan memperbaiki proses untuk meningkatkan prestasi, mewujudkan potensi menjadi kompetensi
Sumber belajar adalah buku teks dan guruSumber belajar adalah pengalaman eksplorasi mandiri dan pengalaman keberhasilan memecahkan masalah
Ruang kelas hanya sebagai tempat belajarRuang kelas seluas jagad raya

Sumber :

https://guru.kemdikbud.go.id/faq/categories/merdeka-mengajar/questions/apa-itu-pembelajaran-paradigma-baru

https://www.semut-semut.sch.id/perbandingan-paradigma-dari-pengajaran-menjadi-pembelajaran/

https://raharja.ac.id/2020/11/17/model-pembelajaran-konvensional/

Tinggalkan komentar